Pernah nggak suatu masa dalam hidupmu, kamu memiliki seseorang yang 
tersembunyi jauh di dalam hatimu? Seseorang yang apabila kamu 
memikirkannya kamu akan merasakan sedikit rasa sakit? Entah karena apa..
 Meski kamu nggak tau dia sedang apa? Apa yang dia kerjaan? Dia ada di 
mana? Sendirikah? Atau malah dia sudah jadi milik orang?
 
Entah..
 Tapi dia mungkin terlalu spesial dalam caramu sehingga kau pantas 
memperlakukannya sedemikian istimewa. Dalam hal ini, aku lebih suka 
menyebutnya.. sang pengagum.
Aku nggak tau 
kalimat di atas mengutip dari mana atau kalimat milik siapa, intinya 
jauh dari dalam hatiku, aku pun ingin mengatakannya. Sang pengagum. Aku 
suka kalimat itu.
Suatu hari dalam masa 
hidupmu.. Pernahkah kamu berpikir kamu akan benar-benar mengingat 
seseorang? Seseorang yang mungkin saja tidak istimewa, tidak dekat 
denganmu, tidak baik, tidak ramah, bahkan tidak mengenalmu. Dia mungkin 
pernah ada selintas dalam pikiranmu. Menjadi objek ketika imajinasimu 
begitu liar melukiskan kata di atas titian tinta dan kertas kusam. 
Menjadi satu-satunya magnet yang mengorientasikan seluruh tujuanmu. 
Membuatmu seketika buta, tuli, bisu, dan bener-bener bego.
Kadang,
 sewaktu hujan turun rintik-rintik dan tetes airnya mulai turun 
membasahi kaca jendela, kamu memandanginya sambil sesekali teringat 
sesuatu. Mungkin ketika kamu lihat dia berjalan melewatimu, atau bahkan 
ketika kamu denger suaranya atau gelak tawanya yang menurutmu begitu 
istimewa.
Dia... ah dia..
Seketika 
kamu akan sakit hati menyadari bahwa dia sama sekali bukan siapa-siapa 
dan kamu pun tidak ada di pikirannya. Sewaktu kamu menyadari, bahwa 
ternyata ada jarak yang sedemikian jauh misahin kalian. Tapi kamu adalah
 seorang pengagum, pengenang bayang sejatinya! Entah ini bertahan sampai
 kapan, kamu akan merasa dia bener-bener masih ada di kepalamu. Menjadi 
lukisan yang terpahat abadi. Kisah-kisahnya seperti prasasti, dan 
sejengkal kisah yang mungkin pernah kamu lewatkan akan menjadi memoar 
tersendiri.
Ah, kamu memang bodoh. Segitunya 
kamu menjadi sang pengagum sampai tak tahu dia nyata atau hanya 
sekelebat bayangan tipis di kepalamu? Dan ketika kesadaranmu di puncak, 
kamu akan benar-benar merasakan sakit.
Sakit 
karena telah menyimpan perasaan itu, sakit karena mengetahui kenyataan. 
Ia pun sepertinya lama-lama akan tau apa yang kamu rasakan. Meski saat 
ini kalian terpisah jarak sedemikian jauhnya, meski saat ini kalian sama
 sekali tidak tahu sedang ada bersama siapa, sedang apa? Kamu nggak tau.
 Nggak pernah tahu.
Ketika duduk di kelas X 
dulu, aku pernah mendapat sedikit ilmu dari guru Fisikaku yang mungkin 
kasusnya akan sama jika kuceritakan hal ini padamu. Mungkin saja Newton 
tidak salah menciptakan hukum ketiganya yang melibatkan aksi-reaksi. 
Karena percayalah setiap saraf di otak bawah sadarmu selalu 
berkomunikasi. Saat kamu merasakannya sedemikian istimewa, sadar atau 
enggak, dia pun merasakan apa yang sedang kamu rasakan.
Bertahun-tahun..
Perasaan
 itu mungkin tidak pernah hilang sampai pada waktunya kamu menyadari 
bahwa hidupmu ini adalah kamu yang sekarang. Tidak dengan dia yang 
diam-diam kau kagumi, atau segelintir cerita bodoh tentangnya yang entah
 kenapa selalu ada di pikiranmu.
Lantas kamu 
selalu berusaha untuk menghilang. Sejauh apapun. Sebisa mungkin. Mungkin
 karena pada akhirnya kamu sadar euforia cinta monyet itu akan hilang 
seiring dengan hal yang sering dibilang orang kedewasaan, dan semakin 
mantabnya kamu akan pilihan yang nantinya akan menentukan masa depanmu.
Akankah
 kamu akan terus jadi sang pengagum? Ataukah mulai saatnya kamu harus 
membuka diri untuk orang lain. Ini mungkin sulit. Karena percayalah.. 
sang pengagum menyimpan rasanya sedemikian istimewa dengan caranya 
sendiri. Tidak seorang pun tahu, tidak juga dengan akal sehatmu.
Kadang,
 ketika masa kini perlahan kaulihat, sedikit tetesan hujan dan aroma 
tanah basah mungkin saja seketika mengingatkanmu dengan yang cerita masa
 lalu. Ketika diam-diam kaupikir ada yang tidak beres dengan perasaanmu.
 Ah, aku tidak tahu ini namanya apa. Kadang seperti dirimu, aku pun 
bingung.
Semakin hari.. Entah siapa yang 
mengajarkan tiba-tiba kau semakin tahu, bahwa kau dan segala sesuatu 
tentang dia memang menjadi sebuah simfoni yang sulit sekali dicari 
celanya. Meski sekali lagi, kau bahkan tak tahu dia siapa!
Sampai
 nanti... suatu hari nanti. Saat apa yang sering orang sebut dengan 
"jodoh" itu hadir di depan mata, dan gelar sang pengagum itu akan 
perlahan memudar. Ia mungkin akan tergantikan.. dan mungkin kamu akan 
selalu bertanya,
"Tuhan.. mungkinkah ia yang kugagumi entah karena alasan apa itu jodohku?"
Seribu kali ku coba menghindari
Seribu kali ku coba tak kembali
Namun langkahku menjadi kian pasti
Menatap bayangmu dalam cinta yang semu
Seribu kali ku menatap gambarmu
Seribu kali ku menyebut namamu
Hasrat padamu kian mendesak kalbu
Namun selalu aku merasakan tak mampu
Kemana ku harus melangkah
Jejakmu samar-samar ku ikuti
Kemana ku harus melangkah
Cintamu terlalu sulit untukku
